Jumat, 30 Juli 2010

Sahabat kecil : Tury

Aku ingat pada seorang teman. Kami berteman sejak SMP. Sebut saja namanya Tury -nama panggilan yang ia suka-. Tury adalah gadis tomboy yang imut, ceria dan cerdas. Sejak SMP hingga SMU kami sering berbagi banyak hal. Kami berburu Wiro Sableng dan Petruk ke pasar Sabtu dengan berpura-pura mau ke Puskesmas. Kami sama-sama menggemari Conan dan komik-komik tentang balerina. Kami sering membawa makanan ke kelas dan memakannya sambil mendengarkan guru menerangkan pelajaran (sangat tidak sopan sih). Kami sering menonton film bersama dan tertawa-tawa atau menangis bersama. Kami sering terbengong-bengong saat menyaksikan teman-teman kami yang sedang asyik bermain basket dari anak-anak tangga di depan kelas kami. Kami sering pulang ke rumahnya saat istirahat dan menghabiskan makanan yang dibuat kakak iparnya. Kami bercerita tentang mimpi-mimpi yang kami alami dalam tidur kami. Kami juga sering bercerita tentang impian-impian kami di masa depan.

Tury suka Fisika, Aku suka Antropologi. Tury suka Matematika, aku suka Sosiologi. Tury suka Biologi, aku suka Sejarah. Tury masuk PMR, Aku masuk Pramuka. Tury gandrung basket, Aku gandrung kemah. Tury bebas berteman, Aku dibatasi. Tury suka keluyuran ke luar kelas, Aku suka ngerumpi di dalam kelas. Tury ke Jawa, Aku di Lampung. Ah, cara Allah menunjukkan takdir memang aneh tapi logis.

Aku kangen pada Tury. Sungguh-sungguh kangen. Aku ingat, pada bulan Mei 2002, saat kami duduk dikelas 2 SMU, saat dia sangat dekat denganku dan aku sangat dekat dengannya, sebagai sahabat yang saling memberi dan berbagi, Tury memberiku sepucuk surat di hari ulang tahunku. Tury ingin menyenangkan hatiku dan ia ingin aku tahu posisiku dimatanya. Begini isinya:

Assalammu’alaikum,
My best Ika,
Alhamdulillah, itu kata yang pengen Tury ucapin saat ini, walau tergenang kesedihan membanjiri hati kita, tapi nikmat Allah itu
ada di mana-mana. Ika, walau Tury belum mampu dan belum
bisa bersyukur, Tury akan coba.
Telah datang kini, hari untuk kita mengingat segala yang pernah
terjadi. Yang semoga Allah menjadikannya sebuah ibroh,
karomah yang akan datang kepadamu.
Insya Allah, Ka, persahabatan kita akan lebih memudahkan jalan
yang saat ini sedang kita tempuh. Kita tapaki satu demi satu.
Maafkan Tury yang nggak bisa memberikan yang terbaik,
tapi do’a kadang lebih mujarab. Lebih memberi nuansa cinta
dalam ikatan ukhuwah. Semoga Allah melindungi kita semua
dan memasukan kita kedalam golongan hamba-hambaNya
yang sholeh. Amiin ya rabb.

Good luck to try, to be someone
In your life
Allah, please help my friend
To be your love

Wassalammualaikum.

Tury adalah gadis cerdas, lincah dan pemimpi. Aku sama sekali tak pernah bisa menandinginya. Rangkingku selalu saja ada dibawahnya, kecuali saat kami duduk di kelas 3 SMU. Tury masuk IPA dan Aku IPS. Dalam membuat impian-impian, Tury adalah jagonya. Ia punya banyak mimpi termasuk bertemu dengan group Backstreet Boys dan West Life yang sudah digandrunginya sejak SMP. Ia ingin ke Jepang dan Amerika. Ia ingin menjadi ahli dibidang IT dan kuliah S2 di luar negeri. Hanya saja tekad Tury mungkin tak sekuat tekadku. Kegilaan Tury pada usaha untuk menggapai impian-impian kecil kami tak segila Aku. Dan Tury tak seberuntung aku dalam hal ini.

Selepas SMU Tury tak bisa melanjutkan pendidikannya ke Universitas dan memilih bekerja di sebuah pabrik di Pulau Jawa bersama rekan-rekan kami yang lain. Kupikir, faktor ekonomi bukan satu-satunya alasan bagi mereka untuk hengkang dari dunia mimpi yang pernah kami bangun. Toh keadaan keluargaku tak jauh lebih baik dari mereka semua. Sejak saat itu aku kehilangan Tury yang bersemangat dan kami kehilangan kontak. Bahkan saat liburan Hari Raya Idul Fitri, Tury hampir tak pernah datang ke acara reuni teman-teman SMP dan SMU karena harus segera kembali ke tempatnya bekerja.

Aku kangen pada Tury karena hampir enam tahun lamanya kami tak bertemu. Aku berusaha mencari nomor yang bisa kukontak kesana-kemari. Pada liburan Idul Fitri 2009 aku mendapat kabar bahwa Tury telah menikah dengan seorang lelaki Betawi rekan kerjanya dan telah memiliki seorang putra. Ada sesuatu yang membuatku menangis, menangis untuk Tury. Inilah perempuan, secemerlang apapun otaknya dan setinggi apapun mimpinya, mereka tak bisa melawan sistem sosial yang membuat mereka terkondisikan untuk terus-terusan kalah. Kecuali jika mereka berani melawan. Tak ada lagi Bupati atau Gubernur yang mau membiayai pendidikan anak-anak bangsa yang cerdas, menjadikan mereka dian yang terang bagi bangsanya. Akhirnya kecerdasan mereka ibarat mimpi yang terhapus saat mereka bangun dari tidur dan berhadapan dengan kenyataan yang tak mampu mereka bantah.

Tidak hanya Tury sebagai perempuan yang kehilangan kesempatan untuk meraih mimpi-mimpi karena mahalnya biaya ekonomi dan sosial untuk menjadi seorang mahasiswa. Ada banyak kisah serupa yang kusaksikan begitu miris, bahkan jika mereka anak lelaki sekalipun. Setidaknya aku telah melihat ada tiga orang jenius, yang kukenal dekat sebagai rekan semasa sekolah, yang terkapar dalam dunia remah-remah, yang melanjutkan hidupnya sebagaimana kehidupan orangtuanya yang tak cicipi bangku sekolah.
Mimpiku : Impian Tury akan diwujudkan melalui impian putra-putrinya

2 komentar: